Max Weber Ubbadul Adzkiya' Sekilas kalau kita melihat pemikiran Weber yang mengaitkan agama dengan kegiatan ekonomi, ini hampir ...

Max Weber dan Agama

23:26 Ubbadul Adzkiya' 0 Comments

tokoh
Max Weber
Ubbadul Adzkiya'
Sekilas kalau kita melihat pemikiran Weber yang mengaitkan agama dengan kegiatan ekonomi, ini hampir sama dengan tren masyarakat muslim Indonesia yang sedang mempolerkan Ekonomi Syariah atau Ekonomi Islam.
Bagaimana ekonomi dikaitkan dengan agama dalam pandangan Weber, dimana dengan semangat agama dalam ekonomi pengantar menuju kesuksesan dan bisa mengantarkan menuju surga kelak di hari selanjutnya. Jadi menurut Weber bukan (kekuatan) ekonomi yang menentukan agama, tetapi agamalah yang menentukan arah perkembangan ekonomi.   

0 komentar:

                 Buku               : Sejarah Perjumpaan Islam-Kristen, Titik Temu dan Titik Seteru Dua Komunitas Agama Terbesar di D...

Mozaik Peradaban Dua Agama

21:16 Ubbadul Adzkiya' 0 Comments


Sejarah perjumpaan islam-kristen
                 Buku               : Sejarah Perjumpaan Islam-Kristen, Titik Temu dan Titik Seteru Dua Komunitas Agama Terbesar di Dunia

Penulis            :Hugh Goddard

Penerbit         : Serambi, Jakarta

Terbit             : pertama, Januari 2013

Tebal              : 402 halaman
Peresensi      : Ubbadul Adzkiya'



Data-data yang dibubuhkan dalam buku ini menjelaskan realitas kekinian ihwal hubungan dua agama besar dunia: Islam dan Kristen. Periode demi periode, dua agama ini memiliki sejarah “yang tak berkesudahan”. Laiknya dalam kontestasi politik, Islam dan Kristen memperebutkan roti yang sama di seluruh penjuru dunia.

Tak heran jika hingga kini, persinggungan di antara keduanya kerap memunculkan pesimisme. Perseteruan itu, ternyata, sebagaimana dicatat oleh Hugh Goddard, telah merentang sejak dulu kala. Goddard mengawali diskusi dengan menampilkan pelbagai argumentasi teologis dari masing-masing agama. Hal ini sebenarnya wajar karena subjektifisme tidak akan pernah lepas menghegemoni pandangan keagamaan.

0 komentar:

Ubbadul Adzkiya’ Eliade (1907 - 1986) adalah seorang tokoh yang sangat berpengetahuan sangat luas dan mempunyai talenta dalam karya tul...

Hakikat dari yang Sakral Eliade

01:56 Ubbadul Adzkiya' 0 Comments

Ubbadul Adzkiya’
Eliade (1907 - 1986) adalah seorang tokoh yang sangat berpengetahuan sangat luas dan mempunyai talenta dalam karya tulis fiktif dan mengabadikan seluruh hidupnya kepada studi tentang perbandingan agama. Kalau kita telah mengupas teori yang dikemukakan oleh Freud, Dukheim, dan Marx yang bagi Eliade adalah terlalu reduksionis. Kritikan eliade terhadap ketiganya sangatlah keras, baginya teori reduksionis merupakan kesalahpahaman paling fatal dalam memahami peranan agama bagi kehidupan masyarakat, baginya yang paling tepat menggunakan pendekatan humanistik.

Pijakan dasar yang dipakai oleh Eliade dalam menghasilkan teori-teori adalah dua aksioma sebagai bangunan dasarnya. Pertama, posisinya yang sangat berseberangan dengan kamum redoksionis, Eliade sangat yakin terhadap keindependenan atau keotonomian agama yang menurutnya tidak bisa hanya diartikan sebagai produks “realitas yang lain”. Agama baginya harus dipahami sebagai sesuatu yang konstan (variabel independen), sedangkan aspek-aspek kehidupan lain seperti social, psikologis, ekonomi, harus bergantung pada agama.

0 komentar:

Edwards Evans-Pritchard Ubbadul Adzkiya' Edwards Evans-Pritchard, seorang antropolog modern yang mempunyai pemikiran berlian...

Review Pemikiran Edwards Evans-Pritchard

10:01 ubbadul adzkiya' 0 Comments


Edwards Evans Pritchard
Edwards Evans-Pritchard
Ubbadul Adzkiya'
Edwards Evans-Pritchard, seorang antropolog modern yang mempunyai pemikiran berlian. Dia membuat kejutan-kejutan dengan menyatakan bahwa jika teori-teori agama dijadikan subjek maka itu tidak akan ada artinya. Sehingga dari landasan berfikirnya tersebut banyak pengamat yang mengatakan bahwa dia adalah seorang anti teori agama.

Karyanya yang terkenal pada tahun 1960 an, Theories of Primitive Religion yang berisi tentang misinya untuk menelanjangi skema-skema uraian yang ambisius daru figure-figur besar antropologi dan studi agama, tidak terkecuali teoritikus dari tylor hingga marx dan sebagainya. Yang menjadi lebih dan disegani dari karyanya tersebut, karena ia melakukan penelitian langsung dengan turun dan berbaur dengan komunitas yang menjadi objeknya.

Evans-Pritchard adalah seorang teoritikus yang telah masuk ke dalam dua jenis masyarakat primitive, mempelajari bahasa mereka, hidup bersama mereka dalam isitiadat mereka dan berniat mempelajari perilaku mereka. Jadi apa yang dia lakukan merupakan bentuk upaya untuk menyempurnakan risetnya, tidak seperti peneliti lainnya yang membuat teori hanya dengan “duduk manis” di belakang meja dan membuat keputusan/teori yang berlandaskan spekulasi-spekulasi belaka.

0 komentar:

Semuanya bermula pada akhir Tahun 2010, ketika penulis diajak Direktur eLSA Semarang Tedi Kholiludin menempati kantor semi kos-kosan ya...

eLSA Sekarang, Karena Mereka yang “Tua” (#9theLSA)

20:47 ubbadul adzkiya' 0 Comments


Semuanya bermula pada akhir Tahun 2010, ketika penulis diajak Direktur eLSA Semarang Tedi Kholiludin menempati kantor semi kos-kosan yang dikontrak selama dua tahun kedepan, tepatnya di Perumahan Pandana Merdeka Ngaliyan. Dari sinilah kemudian penulis ikut belajar bersama teman-teman di eLSA, belajar tentang apapun dari hal yang sangat serius sampai yang konyol pun selalu ada.

Kini eLSA telah berusia 9 tahun, angka yang ‘sakral’ bagi warga muslim khususnya kalangan Nahdhiyyin, sembilan menjadi perjalanan yang panjang dalam merawat dan menghadapi tantangan yang menimpa selama ini, tentu saja para pendiri dan generasi-generasi awal lembaga ini telah piawai menstabilkan semoga gejolak yang terjadi, baik dari internal maupun eksternal.

Harus diakui, penulis hadir di eLSA dalam situasi dan kondisi yang “nyaman”, dimana semua lini dari sebuah lembaga telah berjalan dan mulai tertata rapi. Penulis dan teman-teman yang hadir pada waktu itu dan sesudahnya bisa dikatakan menuai dari jerih payah generasi sebelumnya. Semoga kebaikan, perjuangan serta apa telah mereka lakukan untuk eLSA dibalas dengan beribu kebaikan, apapun itu bentuknya.

Tak terbayangkan perjuangan generasi awal yang pasti heroic, Mas Tedi selalu menceritakan kepada kami betapa mereka “mbabat alas”, memulai dari nol besar tak punya apa-apa, sampai harus menggadaikan bukti kepemilikan motor untuk mendapatkan uang guna mengurus administrasi di awal lembaga ini berdiri.

Laiknya siklus perkembanga bayi, sekarang eLSA sudah mulai jalan tegak dalam jalanan yang lebar, banyak teman di jalanan yang bisa menggandeng, menarik, menghalangi, dan tantangan lainnya.  Para punggawa eLSA sekarang diamanati tugas besar untuk melanjutkan perjuangan yang telah diraih generasi sebelumnya. Menjaga lembaga ini agar berjalan selalu kedepan, untuk medan di depan yang panjang.

Bagi penulis eLSA adalah lembaga multifungsi, menjadi keluarga di Semarang yang selalu mengerti kebutuhan para staffnya, kebutuhan finansial dan kebutuhan akademik. Bersama teman-teman sangat membantu iklim akademik yang selalu terjaga, satu sama lain yang saling memacu untuk selalu belajar.

Menerapkan manajemen semi professional dalam eLSA menjadikan lembaga ini memiliki daya tarik tersendiri dan unik. Sebatas pengetahuan penulis tidak ada di lembaga manapun yang bisa menerapkan model seperti eLSA dan bertahan, dimana kita bisa berada di eLSA dan berada dimanapun sesuai dengan keinginan masing-masing.  Tentu saja semuanya mempunyai konsekuensi atas semua pilihan.

Usut punya usut manajemen yang diterapkan eLSA ternyata masuk dalam sifat yang harus diterapkan oleh sebuah lembaga, dimana selalu bersifat dinamis, mengikuti perkembangan dan menyesuaikan dengan kebutuhan lembaga agar tetap bersaing dan bertahan.

eLSA , sadar atau tidak, telah menjadi lembaga yang baik dalam kacamata ilmu kelembagaan, karena secara manajerial telah berhasil menerapkan perpaduan antara aturan formal yang menjadi kesepakatan lembaga yang didasarkan pada adat atau kebiasaan dari seluruh elemen yang berada di dalamnya yang biasa disebut dengan aturan informal. 

Dalam teori kelembagaan institusi yang efektif/baik menurut North (1990) adalah yang selalu dinamis mengikuti kebutuhan pasar. Kaitannya dengan eLSA berarti ke depan harus bisa menjadi lembaga yang selalu dicari dan menjadi rujukan dalam konsen isu serta kajiannya.

Saat ini eLSA dari sisi segmen yang ditargetkan sudah menemukan isu yang tepat , yang bisa dijadikan sebagai modal untuk menjadikannya sebagai sumber finansial, tinggal kecerdikan kita dalam mengemasnya untuk menjadikannya laiknya hidangan nikmat yang menarik bagi semua kalangan.

Di sisi yang lain, untuk menjadi lembaga yang “sehat” eLSA harus mandiri dalam pendanaan. Bukan tidak mungkin yang selama ini sudah berjalan suatu saat bisa menjadi besar dan menghasilkan pundi-pundi uang yang fantastis. Semoga.

Sebagai sebuah sebuah Sebagai lembaga semi professional eLSA dihadapkan pada tantangan internal yang harus diantisipasi sejak dini, terutama dalam sumber daya manusianya. Sebagai bentuk komitmen atas fungsinya sebagai lembaga professional semi kader, eLSA diharuskan menjaga bibit-bibit yang akan menjadi punggawa lembaga ini di masa mendatang.

Lewat catatan sederhana ini dengan setulus hati mengucapkan, Selamat Ulang Tahun eLSA, semoga selalu diberkati. Semoga kedepan saya bisa memberikan sesuatu yang berarti untuk perjalanan lembaga ini di masa mendatang.


0 komentar:

Ubbadul Adzkiya’   Perdebatan tentang ekonomi Islam menjadi perhatian yang menarik, termasuk di Indonesia yang berpenduduk mayorit...

Ekonomi Islamnya Indonesia

19:46 Ubbadul Adzkiya' 0 Comments


Ubbadul Adzkiya’ 
Perdebatan tentang ekonomi Islam menjadi perhatian yang menarik, termasuk di Indonesia yang berpenduduk mayoritas Islam. Pertemuan Islam dan tradisi juga tidak luput memunculkan banyak perbedaan tentang ajaran-ajaran ataupun dogma yang diyakini masing-masing pemikiran muslim di Indonesia.

Terkait dengan pendapat ekonom muslim yang memisahkan ilmu ekonomi sebagai science dari sistem ekonomi, dan berpendapat bahwa ekonomi berlaku universal dan terlepas dari sistem nilai agama ataupun ideologi apapun. Secara umum pemikiran ekonom muslim tersebut saya sepaham dengan apa yang mereka tawarkan, meski dalam beberapa hal mungkin kita harus mengaskan perlu ada penekanan etika yang islami dalam sebuah perilaku ekonomi.

0 komentar: