Menelurusi fenomena, sejarah, dan praktik dialog antar umat beragama yang telah terjadi di dunia menarik bagi para pegiat dialog antar ag...

Menengok Sejarah Dialog Agama di Dunia

21:17 Ubbadul Adzkiya' 0 Comments


Menelurusi fenomena, sejarah, dan praktik dialog antar umat beragama yang telah terjadi di dunia menarik bagi para pegiat dialog antar agama, baik akademisi maupun aktifis LSM dan masyarakat secara umum. Dalam dunia internasional pengalaman dialog antar agama sudah banyak dilakukan oleh pemerintah, lembaga keagamaan, non keagamaan, serta individu.


Tercatat dalam komunitas Katolik, upaya awal pengembangan dialog antar agama dilacak pada saat penunjukan Angelo Giuseppe Cardinal Roncalli sebagai Paus Yohanes XXII pada 1958, pada tahun 1962 dia menyatakan dengan perlunya Gereja Katolik untuk terlibat dalam dialog dengan gereja-gereja lain dan dengan tradisi serta ideologi di luar Katolik.

Menurut Suhadi, pada masa ini dialog memang kebutuhan Gereja Vatikan karena jumlah pertukaran penduduk yang semakin berkembang dan jaraknya antarumat beragama semakin dekat. “Gereja Vatikan tidak bisa berkacamata kuda, tertutup atas realitas zaman” jelas Suhadi, peneliti senior CRCS UGM Yogyakarta.


Setelah Roncalli meninggal kemudian dilanjutkan oleh Cardinal Montini, pada masa ini diterbitkan sebuah dokumen tentang dialog antar agama yang sebagian dari isinya berbicara mengenai hubungan Kristen dengan agama lain, khususnya Islam.


Ada lima teks penting yang dihasilkan ada masa itu; Lumen Gentium (Lights Of The Nations), Nostra Aetate (in our times), Dei Verbum (On Divine Revelation), Gaudium Et Spes (Joy And Hope), Ad Gentes (To The Nations), dan Dignitatis Humanae (Dignity Of The Human Person).


Institusi lainnya yang bergerak dalam dialog adalah Pontifical Council for Interreligious Dialogue (PCID) yang merupakan sekretariat Vatikan bagi agama-agama non Kristen pada mulanya, yang kemudian dikenal dengan PCID pada Maret 1984. Institusi ini memfokuskan upaya pada kaum muslim melalui sebuah komisi khusus, dan melalui sebuah publikasi berjudul “Guidelines For a Dialogue Between Muslim and Christians” yang bertujuan untuk menyediakan dasar bagi dialog antar umat beragama. “Istilah dialog mulai dipakai pada saat ini,” tambahnya.


Pada tahun 1989 lahir ISAT (The International Scholars Annual Trialogue), yang terdiri dari sembilan intelektual dari berbagai tradisi yang berasal dari berbagai belahan dunia. Setiap pertemuan dihadiri oleh para intelektual yang sama guna membahas dan mengukur kemajuan dialog antar agama.

“secara umum proses pengalaman dialog di level internasional merespon perkembangan masyarakat, namun pada gereja Katolik ada dialog telogis yang terjadi sebelumnya” ungkapnya.


Tidak hanya dalam komunitas non muslim inisiatif dialog mulai dilakukan, dalam komunitas muslim pun telah memulai isu dialog antar agama. Mu’tamar al-alam al-Islami (Word Muslim Congress) didirikan di Makkah pada tahun 1926. Awalnya organisasi ini hanya berfokus pada isu-isu sosial dan politik, dan tidak secara langsung berhubungan dengan dialog antarumat beragama. Namun ada tahun 1969, Sekretariat Jenderal Inamullah Khan sudah mulai mengangkat isu dialog antarumat beragama, khususnya dengan Kristen. Menurut Suhadi Hal ini juga bisa dipahami sebagai respon atas hangatnya perbincangan tentang konsili Vatikan II.


Selain itu, lembaga lain yang bergerak dalam dialog adalah Rabitat Al-Alam Al-Islami (Muslim Word League) didirikan di Makkah pada 1962 dan memiliki sekitar 60 anggora dari berbagai dunia. Organisasi ini berdiri atas dasar anggapan bahwa banyak terjadi kesalahpahaman tentang Islam, terutama oleh non muslim. Oleh karena itu lembaga ini bertujuan untuk memberi penjelasan tentang Islam kepada umat beragama lain sehingga dapat meminimalkan kesalah pahaman tersebut.


Di negara lainnya seperti Libya juga terbentuk organisasi yangmembahas tentang isu hubungan Islam-Kristen, adalah Jamiyya al-dawa al-islamiyya al-alamiyah (The World Islamic Call Society) yang dibentuk pada tahun 1972, dengan tujuan untuk melakukan kegiatan keagamaan, budaya, dan bidang sosial serta pendidikan. Hal ini didasarkan pada keyakinan bahwa dialog adalah cara yang paling tepat untuk memahami satu sama lain dalam rangka menciptakan perdamaian, persaudaraan, membangun peradaban dan menghindari perbedaan.


Di Kiyoyo, Jepang, pada tahun 1970 didirikan the world conference on religious and peace (WRCP) untuk mengaktualkan potensi dalam rangka melakukan aksi bersama dan menegaskan perlunya sebuah perdamain.

“tidak hanya lembaga agama sebenarnya yang menginisiasi dialog agama, lembaga ekonomi juga berperan dalam isu dialog seperti yang pernah dilakukan oleh World Bank” tutup Suhadi.


0 komentar: